Selasa, 19 Agustus 2008

WISATA BAHASA

Kata-kata yang Sering Tertukar
ADA berpuluh ribu kata yang merupakan kosakata sebuah bahasa. Setiap pengguna bahasa dewasa, lebih-lebih yang telah menamatkan sekolah menengah, telah menguasai sekian ribu kata. Di antara sekian ribu kata yang dikuasainya, ada beberapa ratus kata yang selalu digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.
Tidak ada orang yang menghitung beberapa jumlah kata yang umum dipakai sehari-hari itu. Pengertian “umum” pun relatif sekali. Kata-kata seperti sekolah, guru, pelajaran, buku, pensil, bolpoin, ulangan, bermain, jajan, olah raga merupakan kata-kata yang umum digunakan di kalangan siswa SD. Akan tetapi, pasar, dagangan, sayur, harga, mahal, murah, untung, rugi, jual, beli, merupakan kata-kata yang umum bagi para pedagang sayur di pasar tradisional.
Kata-kata seperti berbaris, berlatih, bertempur, bedil, meriam, granat, bom, disiplin, perwira, bintara, prajurit, perang, senapan, mortir; bahkan juga asrama, markas, patrol, piket, jaga adalah kata-kata yang umum digunakan di kalangan militer.
Oleh sebab itu, “kata umum” bagi pelajar dan mahasiswa, berbeda dengan “kata umum” bagi kalangan pedagang dan bagi kalangan militer. Kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari bagi semua kalangan seperti makan, minum, tidur, bangun, sakit, sehat, pergi, pulang, anak, istri, suami, kenyang, lapar, sangat banyak jumlahnya.
Tidak ada orang yang menghitung berapa ribu kata yang dikuasainya, karena itu tidak ada gunanya. Yang penting bagi pengguna bahasa adalah dapat berkomunikasi dengan sejumlah kosakata yang dikuasainya, dengan makna yang tepat sesuai dengan makna yang dikehendakinya.
Dari sekian banyak kosakata yang kita ketahui terdapat sejumlah kata yang hampir sama bunyinya tetapi berbeda maknanya. Kata-kata seperti amblas dan ambles, kabut dan kebut, atau gembleng (leng dengan e pepet) dan gembleng (leng dengan e aksen) banyak sekali kita jumpai.
Kata amblas dalam bahasa percakapan berarti hilang atau lenyap; atau tidak muncul-mucul lagi. ( “Uangnya sudah amblas di meja judi”.) Kata ambles adalah sebuah kata serapan dari bahasa daerah Jawa yang berarti turun ke dalam tanah, tenggelam. ( Rumah yang baru didirikan itu ambles karena dibangun di atas tanah yang labil.)
Kabut adalah awan yang rendah yang melayang deka tanah. (Pagi dan sore daerah ini sering diliputi kabut yang sangat tebal.) Kebut, mengebut berarti menghilangkan debu dengan bulu ayam atau serbet. (Setiap pagi dia mengebut kursi-kursi dengan serbet.)
Gembleng (bunyi suku kata leng dengan pepet) berbeda artinya dengan gembleng (bunyi suku kata leng dengan e aksen). Kata yang pertama gembleng, bergembleng, artinya berkumpul, menjadi satu; sedangkan kata yang kedua gembleng, menggembleng, berarti:
1. menempa besi supaya menjadi keras;
2. melatih, mendidik supaya kuat dan berarti teguh (Pelatih menggembleng prajurit supaya menjadi prajurit yang gagah berani.)
Dewasa ini terdapat pula sepasang kata yang sering dikacaukan penggunaannya. Kata itu adalah kata mode dan kata model.
Sering kita mendengar orang berkata, “Potongan rambut seperti itu sudah menjadi model anak remaja.” Atau kalimat “Dia dikontrak oleh perusahaan itu sebagai gadis mode.” Penggunaan kata model dan mode pada kedua kalimat di atas terbalik.
Mode berarti ragam, cara, atau bentuk yang terbaru pada suatu waktu tertentu. Yang menjadi mode itu adalah pakaian, potongan rambut, atau perhiasan tertentu. Pada suatu ketika, potongan rambut artis film terkenal ditiru oleh para remaja putrid sehingga potongan rambut seperti itu menjadi mode. (Ketika itu pakaian mini menjadi mode di kalangan remaja putri.)
Model adalah:
1. pola, contoh, acuan, atau ragam sesuatu barang yang akan dibuat atau akan dihasilkan. (Arsitek sedang merancang model rumah yang dibangun di daerah ini.)
2. orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis.(Pelukis itu sering menggunakan istrinya sebagai model lukisannya.)
3. orang yang pekerjaannya memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan. (Anak gadis itu ditawarinya menjadi gadis model untuk pakaian ciptaannya.)
4. barang tiruan yang kecil dengan bentuk persis seperti barang yang ditiru. (IPTN memamerkan model pesawat N250 di pameran itu.)
Oleh sebab itu kita hendaklah berhati-hati berbicara dan menggunakan kata-kata yang tepat.

4 komentar:

Anton H Biantoro mengatakan...

Alhamdulillah! Setelah sekian lama menunggu dan bolak-balik berkunjung, akhirnya blog ini berisi juga! Semoga artikel pertama ini bukan yang terakhir! Saya senang menjadi orang pertama yang memberikan komentar di blog ini, karena ini membuktikan bahwa sebelumnya saya benar-benar rajin mengunjungi blog ini meski masih kosong. Setahu saya sampai saat ini blog ini belum pernah dipromosikan oleh pemiliknya! Pemilik blog ini ibarat orang yang suka menulis surat kepada dirinya sendiri....... hehehe....., mohon maaf ya..... Namun bagaimana pun juga saya ingin mengucapkan selamat datang! Salam!

Anonim mengatakan...

hai ibu Dwi..saya berkunjung nih..
mana kuenya? hehehe..
selamat jadi blogger yah, semoga blognya ramai dikunjungi orang ya, jangan lupa kunjungi blog saya juga bu..

salam manis
-enno-

Dwi Sondari mengatakan...

Saya senang dan bahagia sekali,juga merasa sangat tersanjung selalu mendapat kunjungan dari Kabadan. Sungguh sangat bahagia Kabadan atas kunjungan Bpk dalamartikel pertama saya! Insya Allah saya akan selalu terus berusaha untuk rajin mengunjungi dan mengisi blog, sebagai promosi blog saya juga. Saya sangat merindukan motivator seperti Kabadan yang selalu rajn memotivasi kami,kerinduan yang itu terutama ttg kehadiran Kabadan yang tiba-tiba di kelas bahasa Indonesia, karena itu sangat besar manfaatnya bagi para siswa sebagai motivasi belajar bagi mereka. Terima kasih Kabadan! Salam, sampai jumpa pada acara malam internasional!

Anton H Biantoro mengatakan...

Sudah lama saya menunggu......